Liputan6.com, Jakarta Kopi telah lama hadir sebagai budaya bangsa Indonesia. Dari dulu hingga kini istilah "ngopi" atau menikmati kopi terus ada. Namun kini ngopi juga banyak dinikmati oleh generasi muda dengan budaya nongkrong di warung kopi.
Secara tidak langsung, kopi pun menyatukan orang-orang. Dari diskusi di warung kopi, terciptalah ide-ide yang dapat memajukan bangsa. Padahal hanya berawal dari nongkrong di warung kopi.
Tren ngopi ini berdampak pada semakin dikenalnya profesi pembuat kopi alias barista. Tidak banyak yang tahu, kopi yang dinikmati ternyata terbentuk oleh formulasi panjang dan eksperimen tanpa henti dari para barista.
Barista pun perlu memiliki kompetensi untuk menghadirkan produk paling optimal. Kompetisi yang mengasah kemampuan meramu kopi bertebaran di seluruh pelosok negeri, memenuhi rasa haus berkompetisi para barista yang kebanyakan masih tergolong muda.
Indonesia Coffee Event (ICE) 2018 menyiapkan diri tak hanya menjadi panggung perlombaan, tetapi juga menjadi ajang pertemuan barista antar daerah untuk saling bertukar cerita dan pengalaman. Kompetisi kopi nasional tahunan ke tujuh ini memiliki tujuan awal mencari barista terbaik di Indonesia untuk kemudian dikirim sebagai delegasi pada ajang kompetisi dunia.